Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mereka memikirkan kapan H. sapiens menjadi satu-satunya jenis manusia yang ada/eksis. Para ilmuwan memikirkan perubahan besar terjadi sekitar 24.000 tahun yang lalu, dengan kepunahan Neandertals (Homo neanderthalensis).
Pada tahun 2003, para ilmuwan telah menemukan bukti spesies manusia yang belum ditemukan sebelumnya. Para ilmuwan menemukannya di pulau Flores di Indonesia.
Jenis yang ditemukan itu disebut Homo floresiensis sesuai dengan nama pulau tempat di temukan dan dijuluki “kurcaci” (manusia kerdil/hobbit) karena ukurannya yang kecil, yang hidup kurang lebih 12.000 tahun yang lalu. Banyak ilmuwan menganggap kurcaci ini sebagai penemuan yang paling penting di dalam ilmu anthropologi dalam 50 tahun terakhir.
“Penemuan di Flores menunjukkan, bahwa selama ribuan tahun, bukan hanya kita saja jenis manusia yang ada,” kata Bert Roberts, seorang peneliti senior di Universitas Wollongong di Australia. “ Sampai pada beberapa waktu terakhir ini, di sana ada jenis manusia lain berjalan, berbicara, saling berinteraksi, yang berlari di seputaran planet,” ia menambahkan. Roberts adalah seorang anggota tim penemu H. floresiensis itu.
Tanda-tanda pertama keberadaan kurcaci itu muncul pada 2001, ketika sebuah tim peneliti dari Australia dan Indonesia awalnya menemukan gigi dan tulang-tulang kecil di Flores. Para illmuwan itu sedang melihat-lihat fosil-fosil H. sapiens pada waktu itu.
Pada mulanya, para ilmuwan tidak mencurigai apapun, mereka berpikir fosil-fosil kecil adalah H. sapiens anak-anak.
Lalu, di hari terakhir masa penggalian pada Bulan September 2003, seorang peneliti Indonesia yang bernama Thomas Sutikna tiba-tiba menemukan sebuah tengkorak di dalam tanah. Untuk melindungi fosil, ia menggali seluruh blok pasir yang mengelilingi nya.
“Saat ia mulai menyingkap pasir yang mengubur tengkorak itu, team kami mulai menyadari bahwa ia telah menemukan bukti utuh satu spesies manusia baru, ujar Robert. Tengkorak lebih dapat mengungkap lebih banyak tentang jenis dibandingkan tulang-tulang lain, tengkorak ini adalah sangat menentukan. “Hal ini benar-benar sesuatu yang komplit, benar-benar baru.”
Tengkorak yang kecil terlihat berbeda dengan beberapa tengkorak spesies Homo apapun yang pernah ditemukan. Ia mempunyai sebuah dahi garis miring dan alis mata tebal. Mempunyai dagu yang mundur. Volume otaknya hanya seperempat dari besar otak manusia modern.
Penggalian-penggalian lebih lanjut mengungkapkan bahwa rangka manusia kerdil ini berbeda dari H. sapiens. Tengkorak dan tulang-tulang yang ditemukan berasal dari seorang wanita berusia sekitar 30 tahun dan setinggi anak berusia 4 tahun manusia sekarang. Kakinya pendek dan lebar. Dan dia mempunyai lengan yang panjang, yang bisa mencapai lututnya.
Berbagai hal mereka sebagian mirip para nenek moyang kita di masa dulu yang hidup pada 2 atau 3 juta tahun yang lalu, kata Chris Turney, seorang peneliti dari Universitas Wollongong yang terlibat setelah penemuan. Maka ia mengira fosil-fosil baru itu juga berusia sangat tua.
Namun kenyataannya berbeda, Turney menganalisa usia dari rangka fosil menunjukan bahwa tulang-tulang hanya berusia 18.000 tahun! Kurcaci itu adalah sebuah jenis manusia yang sepenuhnya baru. Apakah banyak para ilmuwan yang belum pernah melihatnya yang hidup baru-baru ini. Itu adalah penemuan yang sangat besar.
“Saya berjalan bagaikan terbang,” kata Turney. “Saya berjalan berkeliling dengan senyum yang besar sepanjang hari.”
Perdebatan Besar
Para ilmuwan mengumumkan penemuan mereka pada 2004. beberapa ahli antropologi, seperti Turner, dibuat kagum oleh berita tersebut. Tetapi para kritikus dengan cepat memperdebatkan penemuan ini. Mereka mengklaim bahwa rangka yang baru bukan jenis baru. Itu hanyalah seorang anggota spesies seperti kita dari sebuah penyakit microcephaly. Antara gejala-gejala dan kelainan yang lain, orang-orang microcephaly lebih kecil dibanding kepala dan tubuh.
Perdebatan masih berlanjut. Sementara itu, penggalian lebih lanjut pada batu pulau-pulau itu menemukan tulang-tulang dari delapan orang kurcaci lain dengan struktur tulang yang sama. Peneliti mengungkapkan bahwa individu ini hidup antara 95.000 dan 12.000 tahun yang lalu, memperkuat alasan para ilmuwan yang telah menemukan sebuah spesies baru. Roberts berkata, Tidak mungkin seluruh populasi di pulau itu menderita microcephaly pada saat yang bersamaan.
Kebanyakan para ilmuwan sekarang percaya pada H. floresiensis yang berbeda dengan jenis dari H. sapiens, Roberts berkata. “Saya katakan 99,5 persen (dari para ilmuwan) menyetujuinya, ujarnya.
Tetapi tidak setiap orang yakin. Penemuan-penemuan seperti ini bertentangan dengan teori-teori tentang evolusi (padahal teori evolusi juga masih diperdebatkan kebenarannya). Penemuan dari H. floresiensis, sebagai contoh, menentang pandangan bahwa H. sapiens menggantikan semua jenis manusia yang ada karena menyebar di seluruh dunia. Penemuan ini membuktikan bahwa ternyata H.sapiens dan H.floresiensis yang tersebar di dunia selama beberapa puluh ribu tahun terakhir.
Karena ricuhnya argumentasi-argumentasi antara para peneliti, penggalian-penggalian lebih lanjut, yang bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan tentang kurcaci, berhenti pada 2004. namun sekarang, ahli antropologi itu telah siap untuk mengambil sekop-sekop mereka kembali.
Harapan para peneliti untuk menemukan lebih banyak rangka tulang dengan fitur serupa dengan itu H. floresiensis, seperti contoh DNA, yang diperlukan “Ini untuk mengatasi perselisihan kali ini dan terakhir,” Roberts berkata. Lebih banyak fosil-fosil yang akan memberikan lebih banyak secara detail mengenai kehidupan kurcaci-kurcaci itu.
Bukti sampai saat ini menyatakan bahwa kurcaci itu pandai, meskipun otak-otak mereka kecil. Eksplorasi-eksplorasi lokasi-lokasi di mana tulang-tulang itu ditemukan menunjukkan kurcaci-kurcaci menggunakan perkakas dari batu. Mereka berburu komodo dan gajah kecil. Mereka bisa menembak. Dan mereka menemukan sebuah cara untuk bepergian ke Flores, mungkin dari daratan Asia, milik mereka sendiri.
Meskipun antusias dari Roberts dan yang lainnya, ilmuwan masih tidak bisa membuktikan bahwa H. sapiens dan H. floresiensis bertahan hidup di Flores pada waktu yang bersamaan. Hanya dengan banyak menggali, dan studi-studi tambahan tentang tulang-tulang, akan menjawab pertanyaan ini. (Science News/snd)
0 komentar:
Posting Komentar