rss

Jumat, 14 Oktober 2011

Kelelawar Jenis Baru


Jerih payah Tim Riset Zoology (Pusat Penelitian Biologi) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyusuri goa-goa di wilayah Kabupaten Tuban tidak sia-sia. Tim tersebut berhasil menemukan jenis kelelawar baru saat melakukan eksplorasi di Goa Sunten, Dusun Jambon, Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, Rabo (27/9).

Ketua Tim Riset, Prof. Dr. Ir. Ibnu Maryanto, mengatakan, jenis kelelawar yang baru ditemukan itu belum pernah ditemukan di tempat lain di Indonesia. “Selama kami melakukan penelitian di berbagai goa, baru di Goa Sunten menemukan kelelawar jenis ini,” kata Ibnu Maryanto.

Identifikasi awal, kelelawar jenis baru tersebut dipastikan masuk dalam keluarga Hipposiderae (kelelawar barong). Cirinya, tubuh bagian atas kelelawar dewasa berwarna cokelat gelap, daun hidung kelelawar berwarna pirang dan tidak berbulu. Pada cuping hidung terdapat cuping tambahan. Sebagaimana umumnya keluarga Hipposiderae, kelelawar ini juga memakan serangga.

Karena baru ditemukan, Ibnu Maryanto dan tim-nya belum bisa memberi penjelasan lebih lanjut mengenai kelelawar tersebut, termasuk nama dari jenis kelelawar baru itu.

“ Kami akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kelelawar ini. Kami belum mengetahui bagaimana pola hidup dan penyebarannya. Enam bulan lagi, Insya Allah, semua sisi kehidupan kelelawar ini sudah bisa kami ungkap,” kata Ibnu Maryanto.

Tujuan utama Tim Riset Zoology itu sebenarnya melakukan penelitian terhadap jenis kelelawar Hipposiderus Madurae. Kelelawar barong kelompok ini, kata Ibnu Maryanto, hanya ditemukan di wilayah Jawa Timur, terutama di Madura dan Tuban. Di dua tempat itu memang terdapat banyak goa kars dengan tingkat kelembaban lumayan tinggi lantaran menjadi tempat tangkapan air.

Pada goa-goa kars yang terdapat di wilayah pegunungan kapur utara Jawa,dari Semarang hingga Tuban dan Madura, kebanyakan ditemukan sumber air bawah tanah. “ Ini terjadi karena air daratan tidak mencapai sungai, lalu merembes dan membentuk celah-celah batu, lalu mengendap sebagai sumber air bawah tanah,” terang Edy Thoyibi, Direktur Lembaga Konservasi dan Perlindungan Sumberdaya Alam (LKPSDA) Cagar Tuban, yang turut mendampingi Tim Riset Zoology LIPI.

Penemuan kelelawar jenis baru itu, kata Edy Thoyibi, memberi makna penting bagi pelestarian goa-goa kars yang ada di wilayah Tuban. Goa-goa itu, lanjutnya, tidak hanya bernilai sebagai sumber mata air bawah tanah, tetapi juga sebagai laboratorium alam yang sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Edy Thoyibi mencatat, dari sekitar 800-an goa yang telah terindentifikasi, lebih dari 40%-nya rusak. Penyebab utamanya, kata Edy, aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan semisal pertambangan phosphat dan pembukaan lahan hutan untuk kepentingan lain. Padahal keberadaan biota goa seperti kelelawar tersebut sangat penting untuk keseimbangan ekosistem dan sangat bermanfaat bagi pertanian. “ Kelelawar keluarga barong ini pemakan serangga. Jadi sangat membantu pemberantasan hama,” kata Edy.
Menurut catatan Tim Riset LIPI, satu kelelawar jenis ini mampu mengkonsumsi 500 hingga 3000 ekor serangga setiap hari. Sigit Dwi, anggota Tim Riset Zoology LIPI, menyebutkan populasi kelelawar barong mengurangi terjadinya wabah malaria. Nyamuk Aedes aegepty yang menjadi biang penyakit ini, kata Sigit, menjadi komuditi pangan utama semua kelelawar keluarga barong, mungkin termasuk jenis baru yang ditemukan itu.

Sigit belum bisa memastikan berapa populasi kelelawar barong di Tuban. Menurutnya, hingga saat ini pihaknya telah mencatat 20 jenis kelelawar yang hidup di berbagai tempat di Tuban. “ Jika kelelawar baru ini sudah kami ketahui secara pasti, berarti ada 21 jenis kelelawar yang hidup di berbagai komunitas di Tuban. Terutama di goa-goa kars-nya,” kata Sigit. (bsa)

sumber informasi : http://kotatuban.com

0 komentar:


Posting Komentar